Senin, 01 Desember 2008

Monolog perbatasan

Salam Anak bangsa…

Kemerdekaan Indonesia yang utuh dan berdaulat termaktub di UUD 1945 dalam membangun masyarakat yang sejahtera, meliputi kawasan Republik Indonesia.rasa aman masyarakat di daerah perbatasan masih perlu pengawalan yang ketat dalam mewujudkan makna kemerdekaan suatu negara dan harga diri bangsa. Fotret kehidupan masyarakat perbatasan adalah bias dari sistem orde baru yang dibangun pemerintah pusat. . Ketimpangan ekonomi bagai mesin pembunuh, dan petani tetap merajud mimpi, nelayan selalu berharap agar tangkapan bisa dijual di negeri sendiri dan akses transportasi tidak sekedar ada. Daerah perbatasan adalah pintu gerbang keluar masuk orang-orang antar negara, serta barang dan budaya.

Utopi

Kata Indon, suatu ungkapan untuk orang Indonesia yang ada di negeri jiran baik sebagai pelancong maupun sebagai tenaga kerja. Namun istilah itu menjadi kosa kata yang baku untuk sebutan indonesia, gejala ini direspon oleh masyarakat perbatasan seolah-olah kata indon itu ya indonesia. Itulah bahasa sehari-hari yang didengar masyarakat, alangkah naif sekali merubah nama negara tanpa Bangsa Indonesia yang berdaulat sesuai dengan mukadimah UUD 1945 dan sebagai pertanggung jawab moral negara yang berdaulat. Soekarna dan Hatta tidak pernah menyingkat ataupun memberikan istilah Indon untuk sebutan Negara Indonesia di setiap forum Internasional. Dari berbagai narasumber yang didapat, konotasi kata indon itu, sangat melecehkan bangsa indonesia serata harkat dan martabat bangsa.

Bangkit atau digilas, slogan ini memberikan isyarat pada kita, bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdaulat. Kemerdekaan bangsa Indonesia direbut dari penjajah dengan mengorbankan harta, darah dan nyawa demi membela dan merebut tanah air Indonesia, Kemerdekaan bangsa Indonesia bukan pemberian bangsa penjajah atau datang begitu saja, relakah kita bangsa Indonesia di lecehkan oleh Bangsa Lain???

Pulau Sipadan dan Ligitan sudah dirampas oleh Malaysia kini mereka memperluas patok-patok batas negara diperbatasan daratan, bahkan blok Ambalat mereka mengklem masuk ke wilayah Malaysia. Malaysia tidak hentinya menguji kesabaran bangsa Indonesia, kesenian Reog Ponorogo yang asli bahagian budaya Indonesia yang lahir di tanah jawa timur, bisa-bisanya di klem sebagai kesenian malaysia. Perampasan karya intelektual, lagu rasa sayange, penyiksaan para TKI masih terus Malaysia lakukan.

Nyasar di negeri sendiri

Betulkah ini Indonesia, bahasa ini didapat dari dialog dua orang tenaga kerja indonesia yang baru pulang dari malaysia, sedikit digambarkan mereka ini bekerja di perkebunan kelapa sawit salah satu perusahaan di Malaysia, yang baru saja pulang mau menuju kampung halamannya (cuplikan dialog mereka dengan sopir taksi) : Mereka bertanya ke sopir taksi di nunukan.

TKI : Pak cik saya hendak ke Indon naik apa.

Sopir Taxi : menyahut; ini sudah di Indonesia tepatnya dikepulauan nunukan pak.

TKI : Betul ini Indonesia Pak, Kami sudah dua tahun bekerja tanpa pulang. Semenjak berangkat dari kampung halaman, Ya itulah nasib kami pak..

Sopir Taksi : di halau ka kalian sama orang Malaysia ?

TKI : Tidak di usir Pulang Tanpa Surat

Sopir Taksi : jadi mau di antar kemana ?

TKI : Kami pun bingung mau tinggal di mana, langsung ke pelabuhan lah .

Sopir Taksi : Boleh sekian ringgit tambangnya.

TKI : Biarlah Yang penting sampai.

Delematis Rupiah terhadap Ringit

Pulau sebatik yang berpenduduk 28.000.000 jiwa, terdiri dari dua kecamatan Sebatik dan Sebatik barat yang dimekarkan dari kecamatan induk , namun kepulauannya dimiliki oleh 2 negara yaitu Indonesia dan Malaysia. Pertumbuhan ekonomi di wilayah ini sangat maju karena masyarakatnya hidup dari bertani, berkebun, nelayan serta perniagaan dan jasa. Percepatan pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh Inpra struktur dan sarana prasarana yang baik untuk menunjang kelancaran aktifitas masyarakat. Hasil mata pencarian masyarakat pada sektor perkebunan terutama kakao ( coklat ) dan sektor pertanian (hasil bumi) diantaranya pisang, kelapa, buah-buahan dijual ke Tawau. Ironisnya disektor nelayan, sampai saat ini di Pulau Sebatik belum ada pabrik es padahal es adalah salah satu bahan baku yang sangat dibutuhkan oleh nelayan untuk mengawetkan hasil laut, lagi-lagi Malaysia jadi tumpuan untuk memasok es balok ke nelayan.

Di Pulau Sebatik transaksi dipasar tradisional, toko-toko dan warung-warung mengunakan dua mata uang sebagai alat tukar yang syah, yaitu rupiah dan ringit. yang tetap berjalan tanpa ada yang bisa menghentikanya, satu contoh tersebut, yaitu, Alat tukar ( mata Uang ). Misalnya ketika kita belanja di warung-warung di daerah sebatik, apabila terjadi transaksi jual beli, maka sipemilik warung menghitung nilai barang yang dijual dengan mata uang ringgit, memang bisa sipembeli membayar dengan rupiah yang menjadi persoalannya nilai tukar rupiah akan jatuh terhadap ringgit. Satu halasan untuk mereka selalu berdalih bahwa sebagian barang-barang ini di beli ditawau ( malaysia ).

Dapat kita tarik benang merahnya kurang adanya perhatian khusus pemerintah pusat untuk peningkatan pembangunan daerah perbatasan yang betul-betul tepat pada sasaran. Keterbatasan pasokan listrik, Pembangunan Sarana jalan yang tidak memadai serta Pasar Perbatasan yang layak belum tersedia, serta akses pembangunan dermaga pelabuhan yang memadai khususnya pembanguan dermaga kapal barang. Untuk masyarakat sekitarnya dalam mengunakan mata uang, Rupiah bukan sekedar alat tukar namun sebagai keyakinan diri bangsa, rupiah bahagian kelengkapan utama masyarakat perbatasan, kepercayaan ini bukan sebagai barang tapi keyakinan yang mengandung nilai-nilai kebangsaan serta rasa nasionalisme.

Bisa diprediksikan untuk 5 samapi 10 tahun kedepan kalau sebatik di kelola dengan baik pembangunan yang terencana maka sebatik akan menjadi sentral ekonomi perbatasan yang moderen, alasanya hasil perkebunan seperti Kakao ( coklat ), sektor Pertanian Padi, Sawit yang sedang dicanagkan sebagai Tanaman Primadona yang menghasilkan nilaii jual Tinggi, Potensi Perikanan, Perternakan, belum lagi potensi Sumber Daya alamnya yang belum dimamfatkan sampai sekarang. Potensi sebatik untuk dikembangkan sebagai daerah Industri, diwilayah Kalimantan Timur bahagian Utara sangat layak, tingal pemerintah daerah berbenah diri dengan skala proritas Pembangunan Pisik